9/27/2009




Berfirman Allah:
"Maa kadzabal fu aadu’ maa ra aa (11) ".
Artinya: "Tidaklah berdusta hati itu mengenal segala perkara yang dipandangnya (dilihatnya) ". (Q:An Najm 11).
Adapun yang dikatakan Guru Mursyid itu pada Thariqat/Tasauf adalah Wadah rohani yang dibentuk atau yang terbit dari pada Nur Illahi yang tersembunyi di tempat yang terang; dengan kata lain disebut Nur Muhammad.
Bukankah jasmani Adam, jasmani Muhammad, dan jasmani Guru Mursyid itu tempat yang terang, yaitu yang dapat dilihat dengan mata kepala? Mari kita ikuti firman Allah yang berbunyi:
"Wa idz qaala rab-buka lilmalaa-ikati in-nii khaaliqum basyaram-min sha-shaalim-min hama-im-masnuun (28) Fa idzaa saw waituhuu wa nafakhtu fii hi mir-ruuhii faqa'uu lahuu saajidiin (29) Fasajadal malaa-ikatu kul-luhum ajma 'uun (30)1l-laa ibliisa abaa ay- yakuuna ma 'as-saajidiin (31) ".
Artinya: "Ingatlah tatkala Allah Tuhan engkau berkata kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku menjadikan manusia dari pada tanah kering dari tanah hitam yang diberi bentuk ". (Q: Al Hijr 28). Maka apabila aku telah menyampurkan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya RUH-KU, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. (Q:Al Hijr 29). Maka bersujudlah para Malaikat itu semuanya bersama-sama (Q: Al Hijr 30). Kecuali iblis. la enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu ". (Q: Al Hijr 31)
Berfirman Allah:
"Qaala yaa ibliisu maa laka al-laa takuruna ma'as -saajidiin (32) ".
Artinya: "Hai lblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut) sujud bersama-sama mereka yang sujud itu? ". (Q: Al Hijr 32)
Berkata Iblis:
"Qaala lam akul-li-asjuda libasyarin khalaqtahuu min shalshaalim-min hama-immasnuun (33) ".
Artinya: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah ciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk". (Q: Al Hijr 33)
Berfirman Allah:
"Qaala fakhruj minhaa fa-in-naka rajiim (34),Wa in-na ilaikalla 'nata ilaa yaumiddiin (35) ".
Artinya: "Keluarlah dari Syurga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat ". (Q: Al Hijr 34-35)
Dengan melihat hal ini, marilah kita kembali kepangkal Islam, nyata nampak kalimah syahadat yang berbunyi, sewaktu tercetusnya ikrar antara Allah dengan Hambanya atau antara Allah dengan Muhammad pada syari'atnya, atau antara Nur Illahi dengan Nur Muhammad pada hakikatnya, (Nur alan Nur) yang berbunyi: "Asyhadu an laa ila ha Illallahu, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah" (Tidak ada Tuhan yang kusaksikan melainkan Allah) bunyi Syahadat Tauhid, yang diikrarkan Nur Muhammad; dan tercetus pulalah Syahadat Rasul dari Nur Ilahi yang berbunyi: "Dan engkau Muhammad adalah Rasul-Ku (utusan-Ku)".
Untuk menzahirkan inilah Allah menciptakan Nabi Adam sebagai Khalifah Allah, kemudian turun-temurun hingga sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Nabi Besar Muhammad Rasulullah adalah Rasul penyampai/penunjuk jalan kebenaran/penuntun, dan Guru Mursyid itu adalah Pewaris dari usaha Rasul itu (Ulama Warshatul Ambiya).
Bahwa Rasul itu sebarang tentu adalah berwujud manusia juga, seperti manusia kebanyakan (mempunyai bentuk Bani Adam, berkawin, punya anak-bini dan ada kalanya punya harta) tetapi bathinnya bermuatan dari fi'il sifat Zat Allah, yaitu sebagai RUH Ciptaan-Nya yang ditiupkan dan dikekalkan-Nya dalam diri Adam, seperti keterangannya dalam Qur'an Al Hijr tersebut di atas. Itulah Nur Muhammad yang terjadi dari Nur Illahi yang diwadahi Adam, yang diwadahi Muhammad dan diwadahi anak manusia biasa hingga akhir zaman,

No comments:

Post a Comment